Media Partner

Media Partner

Minggu, 30 Juni 2013

Tafakur Alam : First Day in Ciburial

Tidak ada komentar
Assalamu'alaikum akhi wa ukhti,
di posting sebelumnya sudah sedikit dibahas mengenai Tafakur Alam tanggal 26-27 Juni 2013 yang lalu. Di sini kami mau berbagi lebih dalam lagi nih tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang kami lakukan selama 2 hari di Ciburial. Untuk yang kemarin berhalangan ikut, bisa nge-stalk kegiatan-kegiatan seru TA di sini :) semoga bisa ikut menikmati serunya TA tahun ini dengan membaca tulisan berikut, dan semoga jadi lebih termotivasi dan tertarik untuk mengikuti TA tahun depan :) Selamat membaca.... 


Langit masih begitu gelap, sang mentari belum menampakkan dirinya. Dingin pagi menusuk kulit kami namun tak menggentarkan semangat anak-anak IRMAS dan Forlast serta beberapa guru yang akan melakukan suatu perjalanan, perjalanan untuk lebih dekat lagi dengan alam, lebih dekat dengan sang Maha Pencipta. Ya, hari itu tanggal 26 Juni kami pilih untuk melakukan Tafakur Alam yang memang merupakan kegiatan tahunan IRMAS, dengan tempat tujuan Ciburial, Desa Tugu Utara, Cikoneng – Bogor, selama dua hari satu malam.

Tepat pukul 6 pagi, dimulailah briefing sebelum berangkat dengan dipimpin oleh Pembina IRMAS, Pak Asep Abdullah. Tak lama kemudian kami semua masuk ke dalam bis. Kami sempat riweuh untuk mengatur tempat duduk yang jumlahnya lebih sedikit dibanding jumlah peserta TA yang ikut kali ini, untungnya bisa diatasi dengan adanya kursi tambahan yang sengaja dibawa untuk games disana. Perjalanan yang memakan waktu lama serta waktu yang masih pagi membuat para peserta memilih untuk tidur di awal perjalanan.

Di tengah perjalanan, panitia mengadakan kuis berhadiah dengan Narits & Grandinarto sebagai MC untuk Ikhwan dan Novita juga Alifia untuk akhwat. Kuis berlangsung dengan seru, apalagi ketika para peserta antusias untuk mendapatkan hadiahnya. Kebersamaan keluarga IRMAS menyelimuti suasana dalam bis yang penuh canda dan tawa.

Akhirnya bis berhenti, kami pun turun sambil membawa tas yang lumayan berat. Kami belum sampai ke tempat tujuan, karena ternyata kami perlu berjalan kaki ke atas sekitar satu jam lebih. Jalan yang kami lewati benar-benar menanjak dan berkelok-kelok hingga membuat kami sedikit-sedikit berhenti untuk beristirahat saking lelahnya berjalan. Setelah begitu jauh berjalan akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Rasa lelah memudar perlahan mendapati pemandangan sekitar rumah warga yang akan kami tempati begitu indah dan udara sejuk yang tak bisa dirasakan di Tangsel.  

Akhwat dengan dua guru pendamping yaitu Bu Widi dan Bu Erti menginap di rumah Pak Ade, salah seorang warga yang tinggal disana. Sementara Ikhwan bersama Pak Asep, Pak Djoko dan Pak Yatno tidur di rumah lain yang jaraknya tak jauh dari rumah Pak Ade.

Setelah bersih-bersih dan makan siang, kami menuju ke masjid yang letaknya lumayan dari tempat menginap kami. Cukup satu kata untuk mendeskripsikan keadaan masjid ini: Bagus! Walaupun terlihat sederhana namun terasa nyaman. Yang unik adalah dinding kaca yang menghiasi hampir setiap sudut masjid ini.

Mengingat betapa jauh dan melelahkannya perjalanan dari tempat bis berhenti sampai tempat menginap, setelah shalat Dzuhur berjama’ah panitia memilih untuk beristirahat sampai Ashar. Jam hampir menunjukkan pukul 2 siang dan akhirnya panitia memutuskan untuk bersiap-siap memulai games outdoor.


Peserta dikumpulkan tepat pukul 2 siang dan dibagi menjadi 5 kelompok, 2 kelompok ikhwan dan 3 kelompok akhwat. Mereka diminta untuk membuat nama dan yel-yel kelompok. Setiap kelompok mendapat giliran untuk maju ke depan. Keseruan dan kekocakan pun terasa di lapangan kecil itu, nama-nama kelompok seperti aljabar, sapi, gula, melas, kecebong serta yel-yel yang mereka nyanyikan mengundang tawa diantara peserta dan panitia.

Ada 4 games yang disediakan panitia seperti lomba estafet kelereng, balap karung, ular-ularan dan juga tarik tambang. Semua games berlangsung dengan semangat yang tinggi dari tiap kelompok dan seksi dokumentasi pun sibuk memotret-motret jalannya acara games.

Tanpa terasa games berlangsung cukup lama dan hampir menjelang sore. Kami pun kembali untuk mandi dan Shalat Ashar. Agenda pun berlanjut sampai tiba waktu Maghrib. Bersama-sama kami menembus kegelapan malam untuk menuju masjid melaksanakan shalat Maghrib berjama’ah, terlihat pemandangan yang luar biasa indah dari atas. Pemandangan di bawah yang kami lihat dari puncak yang penuh dengan lampu-lampu rumah bagaikan berlian yang bertebaran membuat kami takjub. Subhanallah…

Al-matsurah dan Tadarus Al-Qur’an pun dilakukan setelah shalat Maghrib sambil menunggu datangnya waktu shalat  Isya. Lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema di dalam masjid memberikan ketenangan jiwa bagi siapa saja yang membacanya dengan khidmat :’)

Kami kembali ke tempat menginap sekitar pukul 19.30. Mendapati kabar bahwa ustad yang akan mengisi tausyiah baru bisa datang jam 9 malam, terlambat satu jam dari rundown yang sudah ditentukan maka untuk mengisi waktu luang pun tukar kado dilakukan setelah panitia dan peserta makan malam. Ada yang unik dengan makan malam kali ini, kami makan dalam nampan yang cukup untuk 4-5 orang. Nasinya terasa sudah dingin namun tak mengurangi semangat kami untuk makan dengan lahap. Terasa kuatnya kebersamaan antara kami semua saat itu.

Setelah makan malam, kami harus berjalan lagi di tengah kegelapan dengan bantuan senter yang menyinari jalanan rerumputan untuk menuju masjid dan bertukar kado di sana. Acaranya berlangsung seru walaupun hanya sebentar  yang kemudian dilanjutkan dengan sharing karena ustadz yang kami tunggu masih dalam perjalanan, terjebak macet dan sulit menemukan jalan menuju lokasi di mana kami berada.


Karena lelah untuk kembali ke tempat menginap, baik ikhwan dan akhwat memilih untuk tetap di masjid menunggu ustadz. Sekitar jam 11 malam, Ustadz Subhanallah pun datang. Dengan menahan rasa kantuk kami mulai mendengarkan tausyiah dari beliau. Kami begitu larut dalam tausyiah beliau, yang mengajak dan mengingatkan kami untuk berniat karena Allah dalam melakukan segala hal maka dengan begitu tak akan pernah kita menyalahkan keadaan yang terjadi pada diri kita. Renungan dalam hati dan tetesan air mata berjatuhan saat dilantunkan shalawat pada Nabi Muhammad SAW. Begitu tenang dan damai saat-saat itu. Tanpa memedulikan waktu yang semakin malam, cuaca yang amat dingin walaupun kami sudah memakai jaket, kami tetap larut dalam tausyiah ustadz Subhanallah yang memberi manfaat besar.... *bersambung*

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Berita Terpopuler

Member