Assalamu’alaikum
ukhti….. akhi…..
Nggak
kerasa ya kita udah memasuki minggu terakhir bulan RamadhanL
rasanya belum mau berpisah nih….. masih mau banyak-banyak mencari bekal akhirat…
tapi ada baiknya kita jangan bersedih. Berdoa saja agar semua amal ibadah kita
dibulan Ramadhan kali ini bisa diterima oleh Allah SWT. dan kita bisa bertemu
lagi dengan Ramadhan tahun depan, tahun depannya lagi, dan bertahu-tahun
kemudian lagi. Amin Allahuma Amin.
Biasanya
saat lebaran itu banyak kerabat yang saling meminta maaf dengan mengucapkan
minal ‘aidin wal faizin yang berarti mohon maaf lahir dan batin. Yakan? Tapi tau
nggak sih, sebenarnya pengucapan itu kurang tepat iho.
“Ah
iya apa?”
“Masa
sih? Sok tau deh!”
“Masa
orang minta maaf dibilang nggak tepat sih?”
Berhubung
tidak ada seorangpun yang tahu apakah amalan kita dibulan Ramadhan diterima
atau tidak, agaknya kata “Minal ‘Aidin
wal Faizin (mohon maaf lahir dan batin)” dirasa kurang pas. Maka dari itu
Rasulullah mengajarkan kita untuk mengucapkan tahniah atau ucapan selamat untuk
sesama muslim yang bertemu di hari Idul Fitri dengan “TAQOBALALLAHU MINNA WAMINKA
(WAMINKUM), WAJA’ALANA MINAL ADIN WAL FAIZIN” yang berarti “Semoga Allah menerima
amaliyah ramadhan saya dan ramdhan anda/kalian, dengan demikian kita akan
menjadi orang yang kembali (kepada agama) dan orang yang berbahagia karena
telah beroleh kemenangan.”
Tau nggak sih? Walaupun kalimat minal ‘aidin wal
faizin yang udah sangat terkenal dan sering kita ucapin pas Idul Fitri tuh
nggak sedikit yang salah iho dalam pengejaan dan penulisannya. Terus penulisan
yang benarnya gimana dong? Penulisan yang benar secara kaidah fonologisnya
ialah Minal ‘Aidin wal Faizin. Sementara
penulisan yang benar secara EYD (ejaan yang disempurnakan) ialah Minal Aidin wal Faizin. Nggak sedikit
iho yang menuliskan minal aidzin wal faidzin, atau minal aizin wal faizin,
bahkan minal aidin wal faidin.
“Emang kenapa sih? Kan yang penting bunyinya
sama?”
“Sepele kali kan cuma nambah ‘dz’ doang.”
“Ah kayak yang diucapin tau aja kita salah apa
enggak.”
Wah pemikiran kayak gini harus dihilangin nih. Walaupun
bahasa Arab bukan bahasa utama di Indonesia, tapi sebagai umat muslim kita
harus tahu. Penambahan ‘dz’ berarti kita menggunakan huruf dzal padahal
sebenarnya penulisannya menggunakan huruf dal yang dilambangkan dengan huruf ‘d’
iho.
“Emang penting ya?”
Tentu saja penting. Karena salah penulisan
ataupun penambahan/pengurangan/perubahan huruf akan berimbas pada arti dan
makna kata itu sendiri. Contohnya aja kalau ada laki-laki yang mau ngerayu
ibunya, “Mom, you’re just like an angle.” ”Loh bang? Kok umi kayak
sudut?” “Angle mi….. eh iya deh hehehe maaf ya mi maksud abang angel.”
Nah kan nggak jadi deh ngerayu ibu tersayang
Tapi memangnya ngucapin “Minal ‘Aidin wal Faizin (mohon
maaf lahir dan batin)” tuh bener-bener nggak boleh ya?
Sebenarnya
boleh-boleh aja kok, cuma kayaknya kurang pas aja. Kalau kita lihat berdasarkan
arti kata-per-katanya, kata lahir dalam bahasa Indonesia ini berasal dari kata al-dhohiru
dalam bahasa Arab yang artinya tampak wujudnya. Sedangkan kata batin dalam
bahasa Indonesia berasal dari kata al-bathinu dalam bahasa Arab yang berarti
tidak tampak wujudnya.
Jadi
secara semantik, kalimat mohon maaf lahir dan batin berarti mohon maaf atas
kesalahan yang tampak maupun yang tidak tampak. Hmmm agak ghaib nggak sih? Hehehe
rasanya kita kayak ngucapin maaf ke paranormal yang bisa “ngeliat” hal-hal yang
nampak dan nggak nampak. Kayaknya akan lebih mudah dipahami dan diterima juga
lebih baik kalau kita ngucapin mohon maaf atas segala kesalahan baik yang
disengaja maupun nggak disengaja :D
Kiranya
sekian dulu yang bisa kami sampaikan. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan
kekurangan baik dalam penulisan maupun penyampaian. Sesungguhnya kami tidak
bermaksud menggurui, hanya bermaksud menyampaikan.
Semoga
amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. dan kita bisa kembali fitri pada 1 Syawal nanti. Amin, Insya
Allah.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Sumber:
- http://kholidaharras.blogspot.com/2009/09/salah-kaprah-arti-idul-fitri-dan-minal.html
- http://bahasa.kompasiana.com/2012/08/15/kesalahan-arti-%E2%80%98idul-fitri%E2%80%99-485720.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar